Sunday, April 24, 2016

Perbandingan Konsepsi Keazalian al-Qur'an di Islam & Yesus di Kristen

Pengantar
Dalam debat antara Islam dan Kristen, seringkali pihak Muslim membandingkan al-Qur'an dengan Bible. Tulisan singkat ini ingin menunjukkan bahwa adanya kemiripan antara konsepsi status al-Qur'an menurut teologi Asy`ariyah dan status Yesus di Kristen sehingga kedua hal ini juga bisa diperbandingkan. Di tulisan yang terpisah, akan dibahas tentang konsep Biblical inerrancy terutama di kalangan Kristen sendiri.

Pendapat Asy`ariyah tentang Keazalian al-Qur'an
Berbeda dengan Mu`talizah yang menganggap al-Qur'an adalah makhluk (diciptakan), Asy`ariyah menganggap bahwa al-Qur'an adalah kalamullah yang azali dan tidak diciptakan. Menurut Ibnu `Asakir, Asy`ariyah berpendapat bahwa "Al-Qur'an adalah perkataan Allah (kalamullah) yang tidak berubah, tidak diciptakan, tidak bermula, dan tidak diadakan dari ketiadaan. Tetapi, untuk karakter huruf hijaiyahnya, bahan (mushaf)-nya, warnanya, suaranya, dan elemen-elemen yang tunduk pada keterbatasan (al-mahdudat) dan modalitas (al-mukayyafat) di dunia: semuanya tercipta dan berawal."
Dengan kata lain, pada mushaf yang kita pegang, ada 2 nature: kalamullah yang tidak tercipta & tidak berawal pada isinya, dan ciptaan (makhluk) yang berawal pada penulisan, material kitabnya, dan pada suara yang dihasilkan saat kita membacanya.

Konsep Logos di Kristen
Logos adalah bahasa Yunani yang salah satu maknanya adalah "firman/kalam/word" yang dalam Kristen adalah salah satu nama Yesus. Di dalam Alkitab bahasa Indonesia, Logos ini diterjemahkan menjadi Firman. Di Yohannes 1:1-3 & 14 dapat dilihat seperti apa pandangan Kristen terhadap Logos/Firman ini: 

1:1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
1:2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
1:3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.
1:14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
(Terjemahan Baru)

Dari sini, dapat dilihat bahwa menurut Kristen, Yesus adalah Divine Logos (Firman Ilahi), yang bersama Tuhan dan merupakan Tuhan itu sendiri, sehingga tidak tercipta dan tidak bermula (azali). Divine Logos/Firman Ilahi ini menjadi daging (maksudnya menjadi manusia) dalam diri Yesus sebagai Son of God. Di sisi lain, di al-Qur'an 4:171, Nabi `Isa juga disebut sebagai "kalimatuhu" (kataNya) dan "ruhun minhu" (suatu ruh dariNya), walaupun jelas konteksnya di sini adalah berupa penegasan bahwa Nabi `Isa hanyalah seorang utusan dariNya dan penolakan terhadap mereka yang mengatakan Tuhan itu tiga & memiliki anak secara fisik (apakah ayat ini hanya menolak triteisme atau termasuk segala varian trinitas adalah topik yang terpisah):

يا أَهلَ الكِتابِ لا تَغلوا في دينِكُم وَلا تَقولوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الحَقَّ ۚ إِنَّمَا المَسيحُ عيسَى ابنُ مَريَمَ رَسولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلقاها إِلىٰ مَريَمَ وَروحٌ مِنهُ ۖ فَآمِنوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ۖ وَلا تَقولوا ثَلاثَةٌ ۚ انتَهوا خَيرًا لَكُم ۚ إِنَّمَا اللَّهُ إِلٰهٌ واحِدٌ ۖ سُبحانَهُ أَن يَكونَ لَهُ وَلَدٌ ۘ لَهُ ما فِي السَّماواتِ وَما فِي الأَرضِ ۗ وَكَفىٰ بِاللَّهِ وَكيلًا

Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara. (Terjemahan Kementerian Agama Republik Indonesia)

Di dunia Kristen sendiri terjadi perdebatan status ketuhanan Kristus sehingga muncullah beberapa konsili ekumenikal (ekumenikal sendiri menurut Merriam-Webster berarti worldwide or general in extent, influence, or application) untuk membahas dan menyelesaikan ini. Ada 3 hasil konsili ekumenikal yang cukup terkait dengan pembahasan ini:
  1. Konsili Nicea dan Konsili Pertama Constantinople: Menegaskan trinitas yang dituangkan dalam Nicene Creed, yaitu yang secara singkat memandang Father, Son, dan Holy Spirit adalah "3 hypostases (person) dalam 1 ousia (substansi/esensi)" atau "3 co-eternal & co-equal distinct person within the Godhead". Ini berarti penolakan terhadap posisi Arianisme yang menegaskan bahwa Yesus bermula walaupun segala sesuatu kemudian tercipta melaluinya (yang mungkin mirip dengan konsep First Intellect pada filsafat al-Kindi atau konsep Nur Muhammad), atau posisi Monarchianisme yang memandang hanya ada 1 person Tuhan sedangkan Father, Son, dan Holy Spirit hanyalah 3 personae (moda/aspek/peran) dalam 1 substansi (ousia).
  2. Konsili Chalcedon: Menolak monofisit (hanya ada 1 physis/nature pada Kristus, yaitu Divine Logos/Firman Ilahi) dan menegaskan dyofisit (adanya 2 physis/nature pada Kristus, yaitu Divine Logos/Firman Ilahi dan manusia, sehingga Yesus adalah Tuhan dan manusia sekaligus. Penyatuan 2 nature ini disebut juga sebagai hypostatic union.
Pandangan trinitas dyofisit ini adalah pandangan mayoritas di dunia Kristen sekarang.

Perbandingan Konsepsi Asy`ariyah tentang al-Qur'an dan Divine Logos di Kristen
Dari pembahasan di atas, dapat dilihat bahwa kesamaan sudut pandang konsepsi Asy`ariyah tentang al-Qur'an dan Divine Logos/Firman Ilahi, yaitu adanya dual nature pada 1 entitas, yang salah satu nature-nya tidak bermula & tidak diciptakan, sedangkan yang satu lagi bermula & diciptakan. Pada mushaf al-Qur'an, yang pertama adalah isinya dan yang kedua adalah huruf, mushaf fisik, & pada suara yang dihasilkan saat kita membacanya. Pada Kristen, yang pertama adalah nature Divine Logos/Firman Ilahi yang merupakan sisi ketuhanan Yesus dan yang kedua adalah sisi manusianya Yesus.

Begitupun, ada beberapa perbedaan mendasar antara keduanya. Asy`ariyah menolak adanya pembagian distinct pada substansi/esensi Tuhan. Kalamullah lebih dipandang sebagai salah satu ciri/sifat pada esensiNya, bukan distinct person. Walaupun memiliki nature tidak bermula & tidak diciptakan seperti yang disebutkan di atas, berbeda dengan anggapan Kristen pada Yesus, al-Qur'an tidak dianggap sebagai inkarnasi Tuhan pada makhluk. Hal-hal ini yang kemudian menyebabkan persepsi Asy`ariyah terhadap status al-Qur'an menjadi begitu berbeda dengan persepsi Kristen terhadap status Yesus walaupun adanya kesamaan seperti yang disebut di atas.